Jumat, 23 September 2016

Langkung Buana Gasing Community (LBGC)



LANGKUNG BUANA GASING COMMUNITY (LBGC) resmi di bentuk pada tanggal 22 oktober 2015. Hingga saat ini, komunitas ini bernaung di bawah binaan Lombok Economic Creative Community (lokomotive). Komunitas ini bersekretariat di Jln Raden Aji Wayah Km 7 Dusun Gunting, Desa Langko Kec. Janapria Kab. Lombok Tengah, NTB (83554).Contact Person:
 HP / Whatsapp: +6287864888696/ +6285237793778
 Email                 : istakim@gmail.com

Keanggotaan    :
Anggota : adalah masyarakat yang peduli terhadap permainan tradisional Gasing, terdiri dari beragam profesi. Dari pegawai pemerintahan, seniman, budayawan, pengacara, wartawan, aktivis, event organiser, hingga pengrajin dan penjual gasing.

Tujuan              :
Selain sebagai hobby / kegemaran untuk mengisi luang, komunitas ini berkomitmen untuk menjaga, mengembangkan dan memasyarakatkan permainan gasing tradisional kepada masyarakat luas, terutama kepada anak-anak dan pelajar.

Kegiatan            :
  1. Membuat pameran ke berbagai tempat, seperti Mall, Gedung-gedung pameran, Sekolah-sekolah / Kampus, dan ke kantong-kantong kesenian dan komunitas lain.
  2. Melakukan workshop untuk anak-anak dan anggota masyarakat yang berminat mengenal dan peduli terhadap permainan gasing tradisional.
  3. Membuat agenda pertemuan dengan komunitas sejenis guna melakukan kegiatan begasingan.
  4. Mendokumentasikan permainan gasing tradisional di setiap even gasing resmi.
  5. Mengkoordinasikan kegiatan Pertandingan se pulau Lombok.







PROSES EVOLUSI GASING LOMBOK (LOMBOK TOP WOOD SPINNING).




Semasa penjajahan (era sebelum kemerdekaan), Gasing Jantung ini sudah ada. Konon permainan gasing tradisional khas sasak ini sengaja di lakukan oleh masyarakat sasak disaat musim panen sebagai perwujudan rasa syukur dan suka cita atas melimpahnya hasil panen. Gasing ini dibuat secara tradisional dengan menggunakan golok, pisau, sabit dsb. Selain itu para penggembala ternak suku sasak zaman dahulu menggunakan "lantok"  sebagai media bermain seperti halnya gasing tetapi letak perbedaannya hanyalah tidak berputar seperti halnya gasing. Lantok yaitu patok kayu sepanjang kurang lebih tiga hingga lima jengkal yg sengaja di tanam di tanah lapang tempat menambatkan tali ternak.





Pada jaman kemerdekaan, bentuk Jantung berubah menjadi bentuk Guci. Dinding Gasing mulai halus seperti di bubut.




3. Kebutuhan akan bentuk dilakukan oleh masyarakat suku Sasak Lombok untuk mengubah dari bentuk Guci ke bentuk yang lebih ramping / pipih karena gasing berbentuk pipih ketahanan dan lama putarannya jauh lebih baik daripada gasing yg bentuknya bulat lonjong seperti jantung pisang.



Setelah mengenal mesin bubut, pembuatan gasing mulai dibubut, dan bentuknyapun lebih pipih dan                ukurannya lebih besar, seperti piring terbang. Ini terjadi pada tahun ‘90 an.





Untuk memperkuat kayu, supaya tidak mudah pecah, pada dinding / pinggir gasing diberi kawat baja, dan           kepala gasing diberi besi.




Tidak puas dengan pemberian kawat baja, pada dinding / pinggir gasing diberi plat besi/baja, sehingga Gasing nampak lebih kokoh.





Perkembangan selanjutnya, pemberian plat besi/baja pada dinding Gasing menimbulkan inovasi baru. Tak sekedar plat yang dipasang, akan tetapi besi tebal yang melingkar dinding Gasing dengan tujuan untuk menambah ketahanan kayu dan putaran gasing.












UNIT PRODUKSI KOMUNITAS :



Gasing kayu di bagi menjadi 2 jenis,yaitu:
1. Gasing atas atau Pemantok ( pemukul ), dan;
2. Gasing bawah atau Pengorong (di pukul). 
Gasing atas  atau di sebut juga gasing "pemantok" memiliki leher dan kepala lebih kecil dari gasing bawah dan memiliki tutup kepala yg biasanya terbuat dari plat stainless. Gasing bawah atau di sebut juga gasing "pengorong" memiliki leher yg agak besar dan kuat serta tutup kepala yg berbentuk bundar serta biasanya terbuat dari plat besi. Gasing bawah ini memiliki besi lingkar yang terbuat dari besi baja kolaher (bearing) yang di tempa ulang untuk mendapatkan hasil yang kuat. Untuk mendapatkan hasil putaran yang sempurna di kedua jenis gasing ini, biasanya di lakukan balancing dengan menanamkan paku atau plat di bagian bahu gasing. Untuk memainkan gasing ini di butuhkan tali atau di sebut juga "alit",yaitu tali yang di buat khusus yg panjangnya 1,5 hingga 2 meter yg ujungnya lebih kecil dari pangkal talinya.

Dalam pelaksanaannya permainan gasing atau begasingan ini di bagi dalam 2 grup yang berlawanan yang biasanya masing masing grup beranggotakan 5 - 15 orang pemain. Tetapi dalam kegiatan pertandingan resmi, masing masing grup beranggotakan 10 orang pemain dan menggunakan busana adat sasak ( sewok poto, bebet atau ikat pinggang dan ikat kepala/udeng).
Dalam pertandingan resmi yang diadakan komunitas komunitas lokal, tidak ada aturan resmi atau baku dalam pelaksanaannya. Tetapi ada kesepakatan2 yg di buat,antara lain :
-luas arena 10x10 meter.
-arena di batasi oleh tali pembatas .
-jumlah anggota grup dalam permainan adalah 10 orang.
-keseragaman warna gasing dan keragaman kostum pemain masuk dalam penilaian (maksimal 5 poin).
-Pemain pemantok dalam memukul sempurna mendapatkan nilai 1 dan pemain pengorong tidak mendapatkan nilai. Lain halnya jika pemain pemantok melakukan kecurangan dalam memukul/mantok maka nilainya di kurangi 1.
-Pemain pemantok ataupun pengorong harus selalu mantok/ngorong di dalam batas arena.
-Pertandingan di pimpin oleh 1 orang wasit dan 1 orang hakim pendamping jika di butuhkan.
-lama pertandingan biasanya 2 x 45menit tergantung kesepakatan.









Adapun, bahan yang digunakan untuk membuat gasing menggunakan kayu bukanlah kayu sembarangan. Melainkan salah satu satu kayu yang biasa digunakan adalah jenis kayu asam dan kayu-kayu yang bisa tahan banting jika dipukul ataupun kena pukulan. Untuk mendapatkan kayu asam sebagai bahan baku, biasa didapatkan dari beberapa tempat di Pulau Lombok bahkan Pulau Sumbawa. 



Namun, sebelum proses pembuatan gasing dilakukan, kayu asam yang sudah dipotong-potong akan langsung dijemur agar kering. Bahkan, proses pengasapan juga akan dilakukan untuk menjamin kekeringan dan kepadatan dari kayu. Jika tidak, maka gasing yang sudah jadi total akan retak dan mudah hancur, jika terkena pukulan atau bantingan dari gasing lain. 



“Kayu harus benar-benar dijamin kering agar kayu yang di pakai menjadi gasing kuat dan tanah banting"











Harga satu buah gasing kayu ini bervariasi mulai dari Rp 500.000 sampai dengan Rp 1.700.000 tergantung ukuran besar kecil / ukuran  dan material besi pelindung pinggir yang di pakai.





HASIL PRODUKSI DI WORKHOP LBGC :






































































































3 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.